Dinner@Sushi *****

Kredit to VKeong.com

Setelah setahun lebih berguru bahasa Jepun dengan seorang doktor PhD (felo muda di institutku) , dia beria-ia mengajak kami (hanya 3 orang anak murid yang tinggal) menikmati sushi di Sushi *****.

Yet I love sushi, ada hal lebih besar daripada itu untuk dipastikan: status HALAL. Keraguan ini diajukan kepada Dr. Dia bukan Muslim, maka itu tidak pernah menjadi persoalan padanya.

"My Malay friend pernah makan dengan I kat sana. So supposed it's occay I think"

"Hrmm"

I tried to search everywhere in internet. And keep search on this issue. After FEW HOURS, an idea was pop-out! Why not make a phone call? Ask them.

......

1st phone call;

"Hello, good evening. I'm .... from Sushi *****. may I help you?"

"Hi, good evening. I'm .... from Cheras. I just want to know whether your restaurant is halal or not."

"Yes, it is halal"

*Please take not that, non-muslim always think that halal means no-pork and no-alkohol drink.

......

2nd phone call;

"Hello, I'm ... from PJ. Tomorrow, we plan to have our dinner at your place. But, I wonder if you use sake or mirin in your dishes?"

"There are some food that we put in. And some are not. You always can ask about the ingredients. And you can ask for food free from them"

"So, everyone in your place know which one is halal or not, right?"

"Yes, sure. Please ask them"

......

JAKIM hanya mengeluarkan pengesahan halal kepada premis yang memohonnya

...........

Isu dapur tidak menjadi masalah dalam isu ini kerana restoran tersebut tidak menghidangkan menu berasaskan daging babi. Cuma, penyediaan beberapa jenis (banyak..) makanan Jepun adalah dengan memerapnya dengan sake atau mirin. Malah, difahamkan kebanyakan sos dibuat dengan penambahan sake dan mirin. Dalam hal ini, apa yang dibimbangkan ialah ia jatuh kepada syubhah.

Kepala saya ligat memikirkan alasan untuk esok hari. Barangkali saya boleh mencadangkan restoran ini; restoran O-Shima di Seksyen 26, Shah Alam

Sila lawati web http://www.oshima-restaurant.webs.com/

“Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya ada perkara yang syubhat yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Barang siapa yang menjaga dari yang syubhat, berarti dia telah menjaga din dan kehormatannya, dan barang siapa yang terjerumus dalam syubhat berarti dia telah terjerumus kepada yang haram. Sebagaimana seorang pengembala yang mengembala di sekitar larangan, maka lambat laun akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki daerah larangan. Adapun daerah larangan Allah adalah apa yang diharamkan-Nya.” (HR Bukhari & Muslim).

.............

Update:

Saya telah menarik diri daripada acara makan2 tersebut. Mencari-cari ruang andai ada kawan2 yang boleh temankan saya makan2 di O-Shima.